PROGRAM KB INVESTASI JANGKA PANJANG


 oleh: Lalu Rustam


Di era tahun 1970-1980an, dimana pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi  TFR nya  (Total Fertility Rate) sekitar 5-6 anak per wanita sehingga program KB di titikberatkan bagaimana mengendalikan jumlah penduduk, berbagai kebijakan dan program dilakukan untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang tinggi antara lain memperluas jenis alat dan obat kontrasepsi dengan bermacam pilihan agar Masyarakat mau ber KB. Seiring berjalannya waktu program KB semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Namun tidak dipungkiri bahwa sampai saat ini masih ada sebagian masyarakat yang punya image bahwa KB itu untuk membatasi kelahiran. Inilah tantangan program KB (Bangga Kencana) yang harus dituntaskan. Untuk diketahui bahwa KB bukan untuk membatasi kelahiran tapi untuk mengatur kelahiran, misalnya melalui "4 Terlalu" (4T) yaitu:

1. terlalu muda hamil (dibawah 20 tahun)

2. telalu tua untuk hamil (diatas 35 tahun)

3. terlalu dekat Jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun)

4. terlalu banyak melahirkan anak(lebih dari 3 anak)

Keberhasilan program KB yang kita rasakan saat ini adalah buah hasil kerja keras yang puluhan tahun yang lalu berjuang dalam program KB.

Berdasarkan data Hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK 2022), TFR di Indonesia tercatat sebesar 2,1 per Wanita, Ini berarti rata-rata satu perempuan di dalam negeri melahirkan dua orang anak selama masa suburnya. Harapan selanjutnya di Pemutakhiran PK 2023 ini, TFR bisa turun atau paling tidak masih berada di kisaran 2,1.

Program KB di era Orde Baru ini berhasil mencapai target nasional. Keberhasilannya juga diakui oleh dunia internasional dengan diperolehnya penghargaan United Nation (UN) Population Award oleh UNFPA pada tahun 1989.

Bank Dunia memperkirakan bahwa tahun 2030, Indonesia akan memiliki lebih banyak penduduk yang berusia produktif atau disebut dengan istilah bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan prestasi emas BKKBN yang sudah berpuluh-puluh tahun berjuang melaksanakan program KB, namun perlu diketahui bahwa Bonus Demografi akan menjadi bencana atau malapetaka apabila banyaknya usia produktif tapi tidak produktif bahkan akan menjadi beban Masyarakat dan Negara.

Hasil analisis demografer terhadap indikator dasar kependudukan (tingkat kelahiran dan kematian) menunjukkan bahwa Indonesia disebut akan menikmati kondisi tersebut pada kurun waktu 2025 sampai 2030. Berdasarkan Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang disusun dan di lakukan melalui Kerjasama antara BAPPENAS, BPS dan UNFPA bahwa Jumlah penduduk pada tahun 2030 sebesar  296 juta jiwa, dimana sebagian besar merupakan penduduk dengan usia produktif.

Saat ini bkkbn baru dengan cara baru dan semangat baru di bawah pimpinan yang baru ada hal yang sangat spesifik dan menarik dalam pengelolaan program KB atau program Bangga Kencana yaitu berbarengan dengan program percepatan penurunan angka Stunting. Kedua program ini ibarat satu mata uang logam seiring sejalan dengan tujuan yang sama yaitu meningkatnya kualitas Keluarga atau penduduk, oleh karena itu tidak salah apabila program Bangga Kencana saat ini focus pada pengendalian kualitas penduduk namun bukan berarti meninggalkan atau mengabaikan kuantitas, pengendalian kuantitas tetap menjadi perhatian. Arah kebijakan BKKBN ini sangat tepat di rel yang benar kenapa karena saat ini walaupun pengendalian sudah berhasil tapi kualitas masih perlu di tingkatkan dan diperjuangkan, sebagai contoh kita sering mendengar melihat di media cetak dan elektronik keluarga yang bermasalah misalnya perceraian, suami bakar istri, anak aniaya ibunya dan lain-lain kesemuanya peristiwa ini tidak boleh terjadi lagi. Di dunia ini tidak ada satupun keluarga yang tidak ada masalah, semua pernah bermasalah. Keluarga berkualitas bukan berarti keluarga yang adem ayem, tidak pernahribut atau bermasalah tapi keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang apa bila ada masalah, bisa diselesaikan dengan kepala dingin, mencari solusi yang bisa diterima bersama tanpa merasa benar dan menyalahkan yang lain.

Adanya mandat baru kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diberi amanah oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 72/2021 sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Indonesia tentu merupakan bentuk kepercayaan presiden kepada BKKBN untuk menuntaskan program percepatan penurunan stunting. Amanah ini patut kita syukuri karena presiden mempercayakan kepada BKKBN sebagai ketua pelaksana, Oleh karena itu seluruh jajaran BKKBN baik yang di Pusat maupun di daerah agar melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya tentu dengan cara sama-sama mengambil peran sesuai kapasitas masing-masing.

Program stunting ini akan mempermudah sekaligus mempercepat pencapaian program Bangga Kencana termasuk suksesnya pengendalian kualitas penduduk. Yang menariknya juga adalah bahwa percepatan penurunan stunting dilakukan secara swadaya atau gotong royong.

Program KB (Bangga Kencana) dan Program Penanganan Stunting saling bisinergi dan seirama, Suksesnya Program Stunting, suksesnya juga program Bangga Kencana. Program Penurunan Stunting sangat relevan dengan program KB (Bangga Kencana). Dampak dari keberhasilan kedua program tersebut adalah menciptakan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tidak hanya di tataran nasional tapi juga di kancah dunia.

Program KB atau lebih popular disebut Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (BANGGA KENCANA) adalah program Pemerintah yang mulai dari zaman Orde Lama, Orde Baru dan Pemerintah di era Reformasi hingga saat ini. Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia dimulai pada tahun 1950-an dengan tujuan untuk mencegah angka kematian ibu dan bayi yang tinggi pada masa itu.

Program KB (Bangga Kencana) disebut sebagai Investasi Jangka Panjang karena hasilnya tidak langsung dirasakan oleh masyarakat tapi bertahun-tahun ke depan baru akan tampak hasilnya, diawal tahun 70an, angka kematian ibu dan bayi cukup tinggi, sekarang sudah turun drastis  kemudian beberapa tahun yang lalu kualitas SDM rendah, sekarang kualitas SDM nya sudah cukup baik dan mampu bersaing dengan negara lain, kesemuanya ini adalah karena suksesnya program KB (Bangga Kencana). Berbeda dengan program dari intansi lain seperti program Bansos dari Kemensos yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Source : BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar