Tertinggi di Bali, BKKBN Dorong Percepatan Penurunan Stunting Kota Denpasar

 

DENPASAR, BKKBN --- Kota Denpasar menjadi wilayah dengan persentase prevalensi stunting tertinggi di Bali. 

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023,  Bali merupakan provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia, yakni 7,2 persen. 

Kendati demikian, terdapat beberapa kabupaten/kota yang masih tinggi. Kota Denpasar menjadi persentase stunting tertinggi di Bali.

Berdasarkan SKI 2023, persentase stunting Kota Denpasar sebesar 10,8 persen, dan diharapkan dengan berbagai upaya persentase tersebut bisa turun.

Menyikapi hal itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Denpasar mengadakan identifikasi keluarga berisiko stunting untuk percepatan penurunan stunting. 

Acara itu berlangsung di Ruang Pertemuan Gedung Wanita Shanti Graha di Jalan PB Sudirman, Denpasar, Selasa (20/8).

Tim Pakar Audit Stunting, dr Gede Alit Wardana membeberkan penyebab stunting. 

Beberapa penyebab stunting tersebut, di antaranya karena anemia, terpapar rokok, kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, jarak dekat, serta lainnya.

Pihaknya berharap program Presiden terpilih, Prabowo Subianto tentang makan siang gratis dapat menekan angka stunting. 

Sementara itu, Perwakilan BKKBN Bali mengapresiasi upaya percepatan penurunan stunting yang dilakukan berbagai pihak di ibu kota Provinsi Bali ini.

Ketua Tim Kerja Advokasi, Komunikasi, Informasi, Edukasi, dan Kehumasan Perwakilan BKKBN Bali, Desak Nyoman Triarsini mengatakan, identifikasi ini sangat penting dilakukan sebagai satu mekanisme kerja dari tim percepatan penurunan stunting (TPPS).

"Identifikasi ini untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan keluarga tersebut berisiko stunting, dan  setelah identifikasi ini akan dilanjutkan dengan audit kasus stunting. Hasilnya,  akan dilakukan analisis apa yang harus diintervensi oleh dinas /instansi terkait.  Intervensi baik itu secara sensitif maupun spesifik,” katanya. 

Dijelaskan, penyebab sensitif terjadinya stunting  bisa karena faktor lingkungan atau sanitasi, termasuk penyediaan konsumsi air bersih. Kemudian, lingkungan yang tidak bersih dan juga kepemilikan jamban  sangat penting untuk menghindari terjadinya kesehatan yang buruk.

"Nah, kemudian secara spesifik ini apa yang harus diintervensi. Apakah dengan  pemberian makanan bergizi dan protein,  pemberian protein tinggi, seperti pemberian telur. Itu sebenarnya sangat simpel. Telor diolah dengan berbagai olahan, bisa dalam bentuk kue, nugget dan lainnya. Pemberian susu yang direkomendasi oleh pakar gizi juga sangat disarankan," ungkapnya.

Ditemui seusai  kegiatan, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Denpasar, Putu Lely Rahayu mengatakan, indifikasi ini untuk mengidentifikasi risiko dan penyebab dengan menyasar kelompok sasaran berbasis surveilans rating. 

“Sasaran dari calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita. Tujuannya untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang ditimbulkan pada kelompok sasaran, sehingga lebih awal mengintervensi agar tidak terjadi stunting,” katanya. 

Disinggung terkait SKI persentase tinggi, pihaknya berharap tahun 2024 ini turun dalam Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM). “Pemerintah Kota Denpasar sudah melakukan berbagai program untuk mempercepat penurunan stunting ini,” akunya. 

Pihaknya mengungkapkan, penyebab stunting di Kota Denpasar karena asupan gizi, pola asuh, serta lainnya. “Tentunya kami tidak bisa bekerja sendiri. Dari keluarga dan yang terkait lainnya harus berintegrasi dan konvergensi untuk percepatan penurunan stunting. Yang mendominasi penyebab stunting itu asupan gizi,” jelasnya.*

Penulis  : Desak
Editor    : Santjojo Rahardjo
Source :  BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar