Kepala BKKBN: Penentu Tercapainya Indonesia Emas Adalah Mahasiswa

 

BANTEN, BKKBN --- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)  bekerjasama dengan Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN menyelenggarakan Seminar ASN Peduli Kependudukan dengan tema “Peran Penting ASN untuk Mendukung Pembangunan Berwawasan Kependudukan”.

Acara ini dibuka  Kepala BKKBN, dokter Hasto, secara virtual dan dihadiri peserta seminar para dosen dan mahasiswa PKN STAN. Selain itu, seminar juga dihadiri secara daring oleh seluruh civitas akademika PKN-STAN, ASN Pemerintah Kota Tangerang Selatan, ASN BKKBN Pusat, ASN Perwakilan BKKBN Provinsi Banten serta ASN OPD KB Kota Tangerang Selatan, Jumat (07/06/2024) di Gedung G, Kampus PKN STAN, Bintaro, Banten.

Pelaksanaan seminar bertujuan untuk mengimplementasikan ASN Peduli Kependudukan, meningkatkan kompetensi teknis program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) serta mewujudkan kerjasama pendidikan kependudukan antara BKKBN dengan Politeknik Keuangan Negara STAN.

Pada awal sambutannya, dokter Hasto mengatakan untuk menuju tercapainya bonus demografi dan juga visi Indonesia emas 2045, penentunya adalah saat ini.

"Adalah mahasiswa, dan kita paham lima tahun lagi dari sekarang di 2030 adalah akhir dari visi ini. Jadi, kita punya PR untuk bisa mencapai target yaitu tidak ada kemiskinan ekstrem tidak ada orang kelaparan bagi pemuda khususnya," ujar dokter Hasto.

Menurut dokter Hasto, jika kualitas SDM bagus -- dalam arti kesehatan  bagus yang  diukur dari angka kematian ibu dan angka kematian bayi, dan ketika orang hamil dan melahirkan aman di suatu negara, harapan hidup bayi tinggi di suatu negara -- maka negara itu dinilai punya derajat kesehatan yang baik.

"Bonus demografi  selalu mencerminkan bahwa jumlah penduduk yang usianya produktif melimpah dibandingkan  usia tidak produktif. Kalau di usia produktif tetapi tidak bekerja, menganggur, atau bahkan masih menjadi tanggungan orang lain, maka bonus demografi tidak menjadikan suatu foto sejahtera. Akan tetapi hanya bonus secara kependudukan saja."

Oleh karena itu , lanjut dokter Hasto, ini kesempatan baik untuk mendorong   mahasiswa memiliki  cita-cita tinggi, mampu menciptakan lapangan pekerjaan, atau minimal tidak menganggur. "Siapa yang akan menciptakan lapangan pekerjaan kalau tidak yang muda. Alhamdulillah, mahasiswa di sini lulus langsung jadi karyawan PNS. Hal ini sudah memberikan kontribusi supaya bonus demografi tercapai," imbuhnya.

Kemudian dokter Hasto mengajak para mahasiswa/mahasiswi untuk terus meningkatkan kualitas diri. "Coba kalau  remaja banyak putus sekolah. Kawin pada usia muda, hamil berulang kali, kemudian anaknya banyak, pekerjaannya gak jelas, maka hampir dipastikan insecure di hari tuanya, mudah-mudahan tidak seperti itu," tambah dokter Hasto.

Pada kesempatan yang sama hadir juga Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto.  "Makna PNS peduli kependudukan dari sisi kualitas adalah dia   memberi contoh bahwa di masa depan keluarganya  berkualitas, jumlah dan jarak usia anaknya diatur dengan baik. Setelah melahirkan harus berKB supaya jarak melahirkan bagus," kata Boni.

Direktur PKN STAN, Evi Mulyani,  menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya seminar ini. Seminar ASN Peduli Kependudukan ini, dinilai sangat sejalan dengan komitmen PKN STAN yang memiliki dua kurikulum. Tidak hanya kurikulum akademik, namun juga kurikulum karakter.

"Apa yang disampaikan pada seminar ini adalah bagaimana karakter ini terbentuk dan mahasiswa yang masuk di PKN STAN  diharapkan menjadi calon ASN yang berkualitas," ucap Evi.*

Penulis : Tri Wulandari Henny Astuti

Editor: Santjojo Rahardjo

Source : BKKBN

Posting Komentar

0 Komentar